Aktivitas pelayaran di Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di Kupang, mengalami lumpuh total akibat cuaca buruk yang melanda wilayah tersebut. Pada Jumat, 7 Februari 2023, PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Kupang mengumumkan penutupan sementara sejumlah rute pelayaran yang menghubungkan Pelabuhan Bolok Kupang dengan berbagai pulau, seperti Rote, Sabu Raijua, Sumba, Flores, dan Alor. Penutupan ini disebabkan oleh gelombang tinggi yang menciptakan kondisi yang tidak aman bagi pelayaran.
Menurut informasi yang diperoleh, armada pelayaran yang tidak beroperasi mencakup berbagai jenis Kapal Motor Penyeberangan (KMP), antara lain KMP Lakaan, KMP Ine Rie II, KMP Rakaka, KMP Uma Kalada, KMP Cakalang II, KMP Ile Mandiri, KMP Ile Ape, dan KMP Namparnos. Sementara itu, rute pelayaran dari Kupang menuju Pulau Semau, yang berjarak kurang dari lima mil di bagian barat Kota Kupang, masih tetap beroperasi. Dua kapal, yakni KMP Lakaan dan KMP Ile Labalekan, beroperasi di rute ini.
Kepala Stasiun Meteorologi El Tari Kupang, Sti Nenot’ek, menyampaikan bahwa cuaca ekstrem di NTT masih berlanjut, dan masyarakat diimbau untuk tetap waspada. “Potensi cuaca ekstrem masih berlanjut karena ada pola sirkulasi siklonik lagi di utara Australia yang bisa berkembang menjadi bibit siklon tropis,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sti Nenot’ek menjelaskan tentang kondisi cuaca yang mempengaruhi wilayah NTT. Beliau menyebutkan adanya sirkulasi siklonik di Pantas Kimberiy Australia yang diperkirakan akan bergerak ke arah Barat Daya Australia, sehingga berpotensi menyebabkan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dan belokan angin (shear line) di wilayah NTT. Ditambah lagi, aktifnya monsun Asia, adanya seruakan dingin (Cold Surge), fenomena La Nina lemah, dan Madden Julian Oscillation (MJO) yang dapat menyebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat, serta kemungkinan disertai petir dan angin kencang dalam durasi singkat.
Sebagai dampak dari hujan yang turun sejak pagi di Kota Kupang, genangan air terlihat di sejumlah titik jalan, yang mengganggu aktivitas warga. Dalam situasi ini, Sti Nenot’ek mengingatkan masyarakat untuk tidak panik, namun tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh bencana hidrometeorologi.
Berdasarkan data terbaru dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), tinggi gelombang di perairan NTT dapat mencapai 4 meter. Kondisi ini sangat berisiko bagi navigasi dan kegiatan pelayaran lainnya. Mempertimbangkan situasi ini, pihak terkait dihimbau untuk terus memantau perkembangan cuaca dan gelombang, serta memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat, terutama para pelancong dan nelayan yang sangat bergantung pada kondisi cuaca.
Pemerintah setempat melalui Dinas Perhubungan juga telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk tidak melakukan perjalanan ke pulau-pulau yang terdampak oleh penutupan rute pelayaran ini. Selain itu, untuk menjamin keselamatan, penumpang yang telah memiliki tiket diharapkan dapat menghubungi agen tiket masing-masing untuk informasi lebih lanjut mengenai pengembalian dana atau penjadwalan ulang perjalanan mereka.
Dengan adanya penutupan pelayaran ini, masyarakat NTT harus bersiap menghadapi berbagai dampak yang mungkin timbul, termasuk keterbatasan akses terhadap kebutuhan pokok dan layanan lainnya dari luar daerah. Keadaan ini menuntut kerjasama semua pihak untuk mengambil langkah-langkah mitigasi yang tepat guna menghadapi situasi cuaca ekstrem yang berlangsung di wilayah ini.