Serangan udara Israel di Beit Lahiya, Gaza Utara, pada Sabtu (15/3/2025), kembali mengguncang kawasan yang sudah dilanda konflik berkepanjangan ini. Setidaknya sembilan orang tewas, termasuk dua jurnalis lokal, dalam serangan yang menargetkan sebuah mobil yang sedang dalam misi kemanusiaan. Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi bahwa di antara para korban terdapat pekerja dari Yayasan Al Khair yang saat itu sedang melaksanakan tugas mulia mereka.
Detik-detik serangan itu penuh tragedi. Para saksi mata melaporkan bahwa mobil yang diserang tengah membawa relawan yang melakukan pengantaran bantuan kemanusiaan, lengkap dengan wartawan dan fotografer yang mendokumentasikan kegiatan tersebut. Kejadian ini semakin menambah angka korban jiwa di Gaza, yang telah meningkat sejak dimulainya gencatan senjata tahap pertama pada 19 Januari lalu, dengan jumlah total korban tewas mencapai sekitar 150 orang.
Konsekuensi dari serangan ini tidak hanya menyedihkan, tetapi juga memicu reaksi yang cepat dari Hamas. Kelompok perlawanan yang berkuasa di Gaza ini mengecam tindakan Israel dan menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan pelanggaran serius terhadap perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati. Mereka mendesak para mediator internasional untuk mengambil tindakan guna menegakkan kembali kesepakatan yang sudah rapuh ini.
Sementara itu, pemerintah Israel, melalui militer, membela tindakannya dengan menyebut bahwa target mereka adalah dua individu yang mereka identifikasi sebagai "teroris" yang beroperasi drone berbahaya di wilayah tersebut. Namun, militer Israel tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang apa yang membuktikan bahwa individu tersebut memang teroris, dan bagaimana serangan itu dianggap sebagai respons yang proporsional terhadap potensi ancaman yang ada.
Berikut adalah beberapa poin penting terkait serangan ini:
-
Korbannya: Sembilan orang tewas, termasuk dua jurnalis dan beberapa pekerja kemanusiaan.
-
Latar Belakang: Serangan berlangsung saat relawan dari Yayasan Al Khair melaksanakan misi bantuan kemanusiaan.
-
Reaksi Hamas: Menuduh Israel melanggar gencatan senjata dan mendesak tindakan dari negara-negara mediator.
-
Pernyataan Militer Israel: Menegaskan bahwa serangan ditujukan pada individu yang dianggap teroris, namun tidak memberi rincian lebih lanjut.
- Dampak lebih luas: Angka kematian di Gaza meningkat signifikan sejak gencatan senjata yang diterapkan, menunjukkan kerentanan dalam perjanjian damai.
Serangan ini menyoroti ketegangan yang terus melanda wilayah tersebut, meskipun ada upaya untuk mencapai damai. Dengan semakin banyaknya korban jiwa yang berjatuhan, masyarakat internasional terus mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dan melakukan dialog guna mengakhiri siklus kekerasan yang berkepanjangan.
Kejadian ini kembali menunjukan kerawanan situasi di Gaza, di mana misi kemanusiaan yang seharusnya menjadi jembatan perdamaian justru menjadi sasaran serangan. Dengan adanya laporan mengenai meningkatnya kekerasan dan penggunaan kekuatan yang tidak proporsional, tugas lembaga-lembaga internasional dan negara-negara anggota PBB menjadi semakin mendesak untuk menengahi konflik ini agar tidak semakin meluas.