Viral Kabur Aja Dulu, Aspataki: Perencanaan Kerja di Luar Negeri Penting!

Viralnya tagar "Kabur Aja Dulu" di media sosial telah menarik perhatian berbagai kalangan, terutama para eksponen yang berkecimpung di bidang penempatan tenaga kerja. Maxixe Mantofa, Wakil Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (Aspataki), memberikan tanggapan tegas terhadap fenomena tersebut. Menurutnya, keputusan untuk bekerja di luar negeri tidak boleh diambil secara impulsif tanpa adanya perencanaan yang matang.

Maxixe mengungkapkan bahwa tren ‘kabur’ ini perlu dikhawatirkan karena banyak orang melakukannya tanpa tujuan yang jelas. "Kabur ke luar negeri karena apa? Mau ke mana dan melakukan apa? Jika hanya sekadar kabur tanpa perencanaan, justru bisa menimbulkan masalah lebih besar," ujarnya. Dalam pandangannya, seharusnya generasi muda lebih mendorong diri mereka untuk melakukan perencanaan sebelum mengambil langkah besar seperti ini.

Sebagai pengusaha di bidang penempatan pekerja migran Indonesia (PMI), Maxixe lebih mendukung slogan "Kerja Aja Dulu", yang menekankan pentingnya persiapan sebelum berangkat. Setiap tahun, jumlah PMI yang berangkat ke luar negeri semakin meningkat seiring dengan permintaan tenaga kerja dari negara-negara tujuan yang semakin tinggi, terutama negara-negara dengan populasi yang menua.

Terdapat beberapa sektor di mana PMI cukup diminati, antara lain:

Alasan utama di balik keputusan WNI untuk bekerja di luar negeri adalah kompensasi finansial yang lebih tinggi dibandingkan di dalam negeri. Contohnya, pekerja sektor bantuan rumah tangga di negara seperti Hong Kong dan Taiwan dapat memperoleh gaji sekitar Rp 10 juta per bulan. Bandingkan dengan gaji di Indonesia yang hanya berkisar antara Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Di sektor industri atau konstruksi di Korea Selatan, gaji dapat mencapai Rp 20 juta hingga Rp 30 juta per bulan.

Fenomena ini juga tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi, tetapi juga menjadi bagian dari tren sosial. Maxixe menambahkan bahwa banyak orang merasa tertinggal jika tidak mengikuti langkah rekan-rekan mereka yang sukses di luar negeri. Oleh karena itu, keinginan untuk menjadi PMI sering kali muncul dari pengamatan sosial ini.

Taiwan telah menjadi salah satu negara tujuan utama bagi PMI, terutama bagi mereka yang berasal dari Jawa Timur. Di negeri ini, tidak hanya pekerjaan di sektor asisten rumah tangga yang tersedia, tetapi juga peluang di bidang peternakan, perikanan, dan industri.

Sebelum memutuskan untuk bekerja di luar negeri, calom PMI perlu memperhatikan beberapa hal penting:

  1. Persyaratan Kerja: Setiap negara memiliki syarat dan ketentuan yang berbeda. Memahami kebutuhan ini sangat penting agar tidak mengalami kesulitan setibanya di negara tujuan.
  2. Skill yang Dibutuhkan: Mengetahui keterampilan yang diperlukan untuk pekerjaan yang diminati sangat krusial.
  3. Tujuan yang Jelas: Memiliki tujuan yang jelas dapat membantu meminimalisir risiko dan masalah yang mungkin terjadi di kemudian hari.

Maxixe menekankan pentingnya perencanaan yang matang dan tidak sekadar mengikuti tren. "Bekerja di luar negeri harus didasari perencanaan matang, bukan sekadar ikut-ikutan tren. Jika tujuannya benar, maka bekerja sebagai PMI bisa menjadi jalan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga," tutupnya.

Situasi ini menunjukkan bahwa meski peluang bekerja di luar negeri sangat menjanjikan, perencanaan yang baik dan pemahaman yang mendalam akan kondisi di negara tujuan adalah langkah yang tidak boleh diabaikan. Hal ini menjadi penting baik untuk keamanan individu maupun keberhasilan dalam mencapai tujuan finansial dan sosial.

Exit mobile version