Kemunculan kembali hacker Bjorka mengguncang dunia maya dengan klaim bahwa data nasabah Bank Central Asia (BCA) bocor. Cuitan Bjorka di akun X yang mengatasnamakan dirinya, menyebutkan bahwa bank-bank lain selain BCA akan menjadi target kelompok hacker ransomware. Namun, warganet meragukan keabsahan informasi tersebut dan mencurigai bahwa ini adalah usaha untuk mengalihkan perhatian dari isu lain yang tengah viral.
Salah satu netizen mengekspresikan skeptisisme ini dengan bertanya, “Mau menutupi isu apalagi? Ibu Kota Nusantara atau IKN mangkrak?” Komentar ini mencerminkan perasaan tidak percaya yang berkembang di antara pengguna media sosial terkait kredibilitas Bjorka, yang sebelumnya terkenal karena peretasan data besar-besaran di Indonesia.
Bjorka menjadi sorotan publik sejak tahun 2022, setelah sejumlah kasus besar mulai terungkap, termasuk kasus Ferdy Sambo yang melibatkan tindak kekerasan di kalangan aparat kepolisian. Pada Agustus 2022, Bjorka mulai dikenal luas saat berhasil menjual 26.730.797 data yang diklaim sebagai histori browsing pelanggan IndiHome dalam sebuah forum underground. Data tersebut mencakup KTP, email, nomor telepon, dan informasi pribadi lainnya.
Mengadopsi pola yang sama, ia kembali membuat kegemparan pada September 2022 dengan menjual 1,3 miliar data SIM card milik masyarakat Indonesia yang menurut klaimnya berasal dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Data yang dibocorkan mencakup Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor telepon, hingga informasi provider yang digunakan. Seiring bulan-bulan berikutnya, ia terus mengungkapkan data pribadi pejabat publik, termasuk anggota kabinet dan tokoh masyarakat.
Berikut adalah beberapa titik penting terkait kemunculan Bjorka dalam konteks isu data dan peretasan:
- 21 Agustus 2022: Menjual 26.730.797 data histori browsing pelanggan IndiHome.
- 1 September 2022: Menjual 1,3 miliar data SIM card masyarakat Indonesia.
- 6 September 2022: Mengungkap 105 juta data terkait pemilu.
- 10 September 2022: Mengklaim berhasil meretas sistem surat menyurat presiden.
- 12 Maret 2023: Menjual data diklaim milik pengguna BPJS Ketenagakerjaan.
Proses pencarian terhadap Bjorka telah berlangsung lebih dari dua tahun, dimulai sejak pembentukan tim khusus oleh Presiden Joko Widodo. Namun hingga saat ini, proses pencarian tersebut masih belum membuahkan hasil yang konkret. Tim yang dibentuk terdiri dari anggota Kominfo, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Badan Intelijen Negara (BIN), serta Polri.
Di sisi lain, Jokowi dalam sebuah pernyataan pada September 2024, meminta mitigasi terhadap potensi kebocoran data pajak, namun tidak menyentuh isu pencarian Bjorka secara spesifik. Menariknya, Juru Bicara BSSN, Ariandi Putra, yang juga menyatakan bahwa pencarian Bjorka sepenuhnya berada di bawah kewenangan Polri, menegaskan bahwa dokumen-dokumen terkait telah diserahkan kepada aparat penegak hukum.
Kendati begitu, pernyataan menggelikan dari netizen tentang kebocoran data BCA mencerminkan ketidakpercayaan publik terhadap klaim yang diungkapkan oleh Bjorka. Sejumlah pengguna media sosial menunjukkan sikap apatis dan skeptis, mengingat kredibilitas informasi yang sering kali diproduksi oleh akun tersebut. Penyebutan soal isu lain yang belakangan muncul, seperti Ibu Kota Nusantara yang mangkrak, semakin menambah kecurigaan bahwa Bjorka mencoba untuk mengalihkan perhatian publik dari masalah penting yang terjadi saat ini.
Ketidakpastian mengenai reputasi Bjorka sebagai seorang peretas dan implikasi dari pernyataan terbarunya mengenai kebocoran data dengan mudah menyulut diskusi di media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku warganet dalam menanggapi isu-isu sensitif seperti ini sangat dipengaruhi oleh konteks dan sejarah perilaku dari akun yang bersangkutan. Apakah klaim Bjorka kali ini merupakan upaya untuk mengalihkan perhatian publik? Hanya waktu yang akan menjawab, namun yang pasti, skeptisisme warganet tampaknya semakin menguat.