Paula Verhoeven kini berada di tengah permasalahan emosional yang kompleks pasca perceraiannya dengan Baim Wong, terutama terkait hak asuh anak-anak mereka. Meskipun situasi ini tak terhindarkan, Paula berusaha untuk menghadapi semua ini dengan ikhlas. Dalam upayanya untuk menemukan cara mengelola kesedihan dan kehilangan, Paula mengambil hikmah dari pengalaman Maia Estianty, yang juga pernah merasakan perpisahan dengan anak-anaknya.
Melalui unggahan di Instagram, Paula membagikan video Maia Estianty yang menggambarkan perjalanan emosionalnya saat dipisahkan dari ketiga anaknya, yaitu Al, El, dan Dul, ketika bercerai dari Ahmad Dhani. Dalam video tersebut, Maia mengungkapkan bahwa meskipun proses perpisahan sangat menyakitkan, ia berhasil belajar untuk melepaskan rasa memiliki terhadap anak-anaknya. "Dari proses gue yang tadinya sempat sesakit, sedih nggak bisa ketemu anak-anak, ya itu akhirnya gue belajar melepaskan kemelekatan," ujarnya.
Keduanya sepakat bahwa memiliki rasa sangat memiliki terhadap sesuatu dapat membuat seseorang mengalami kesulitan saat harus melepaskannya. Maia memberikan pandangannya bahwa jika seseorang terlampau terikat pada hal-hal yang dicintainya, perpisahan bisa menjadi sangat menyakitkan. "Tapi, akhirnya gue belajar untuk melepaskan kemelekatan itu dan belajar bahwa itu bukan milik gue," tambahnya.
Menghadapi kenyataan pahit semacam ini, Paula merasakan formasi baru atas cara pandangnya. Ia merefleksikan bahwa semua yang dimiliki, termasuk anak-anak, hanyalah titipan dari Tuhan yang bisa diambil kapan saja. Dalam unggahannya, Paula mencatat: "So true, agreed. Semua hanya titipan Allah." Ini mengisyaratkan kematangan emosional dan sikap positif Paula dalam menghadapi perpisahan.
Berbicara pada konteks perpisahan yang penuh emosi ini, Maia melanjutkan untuk menekankan pentingnya tidak terlalu mengaitkan kebahagiaan diri dengan kepemilikan. “Gue nggak mau terlalu memiliki. Karena, anytime mau Tuhan ambil, terserah aja,” ungkap Maia dengan keyakinan akan kekuasaan Tuhan atas segala sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa Maia sudah sampai pada titik di mana ia menerima takdir dan apa pun yang terjadi di luar kendalinya.
Paula, yang tampaknya mengambil inspirasi dari filosofi Maia, juga berusaha untuk lebih ikhlas dalam menghadapi keputusan yang mungkin diambil oleh mantan suaminya. Ia tidak memilih untuk menyerang balik atau memperburuk keadaan, melainkan memilih untuk menatap ke depan. Dengan belajar dari pengalaman Maia Estianty, Paula mencoba untuk tidak terjebak dalam rasa sakit dan kesedihan yang berkelanjutan akibat perpisahan.
Dalam konteks ini, kami dapat mengidentifikasi beberapa pelajaran penting dari pengalaman Maia dan Paula yang bisa dijadikan panduan bagi banyak orang:
-
Belajar untuk Melepaskan: Proses untuk mengikhlaskan bisa jadi menyakitkan, tetapi penting untuk tidak terjebak dalam kemelekatan.
-
Melihat Segalanya sebagai Titipan: Pandangan bahwa segala sesuatu adalah titipan dari Tuhan bisa membantu seseorang dalam menghadapi kehilangan.
-
Ketidakpastian Adalah Bagian dari Hidup: Menerima bahwa Tuhan bisa mengambil yang kita cintai kapan saja dapat memberikan kedamaian.
-
Fokus pada Penyembuhan: Daripada menyalahkan situasi, lebih baik fokus pada healing dan pembelajaran dari pengalaman-pengalaman yang menyakitkan.
- Bersikap Positif dan Berharap: Menyikapi situasi dengan sikap positif dan rasa harapan bisa membantu untuk melangkah maju.
Semua ini menunjukkan bahwa meskipun situasi perpisahan bisa sangat melukai, ada banyak pelajaran hidup yang bisa diambil. Keberanian Paula Verhoeven untuk belajar dari pengalaman Maia Estianty menunjukkan bahwa dalam setiap kesulitan, selalu ada cara untuk bangkit kembali dengan lebih kuat.