Donald Trump Hentikan Bantuan AS untuk Ukraina, Israel dan Mesir Aman!

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Marco Rubio, telah mengambil langkah dramatis dengan membekukan hampir semua hibah bantuan luar negeri, termasuk bantuan untuk Ukraina, selama periode 90 hari. Keputusan ini muncul setelah instruksi dari Presiden Donald Trump untuk melakukan peninjauan menyeluruh terhadap semua bantuan asing. Informasi ini dilaporkan oleh Politico pada 24 Januari 2025 dan sudah mengejutkan banyak pejabat di Departemen Luar Negeri.

Dalam memo internal yang dilepaskan, Rubio menjelaskan bahwa pos diplomatik dan konsuler diminta untuk mengeluarkan "perintah penghentian kerja" pada semua "penghargaan bantuan asing yang ada". Hal ini tampaknya berdampak luas, termasuk penyaluran dana untuk program-program bantuan yang telah disetujui sebelumnya oleh pemerintah AS. Menurut laporan tersebut, pembekuan ini meliputi berbagai jenis bantuan, mulai dari bantuan pembangunan hingga bantuan militer.

Hanya Israel dan Mesir yang mendapat pengecualian dari kebijakan baru ini. Sementara Pentagon sebelumnya meyakinkan bahwa pembekuan tidak akan memengaruhi "bantuan keamanan ke Ukraina," memo Rubio justru dikhawatirkan berdampak pada semua jenis pendanaan untuk Ukraina.

Bantuan kemanusiaan yang diberikan oleh AS melalui USAID menunjukkan angka yang signifikan; sejak Februari 2022, AS telah memberikan bantuan kemanusiaan sebesar USD2,6 miliar dan bantuan pembangunan mencapai USD5 miliar. Selain itu, dukungan anggaran langsung ke Ukraina menembus angka lebih dari USD30 miliar. Total bantuan militer yang telah dialokasikan untuk Ukraina sejak perang dimulai adalah sekitar USD66 miliar.

Donald Trump, yang baru saja menjabat pada 20 Januari 2025, telah mengkritik pendahulunya, Joe Biden, karena memberikan bantuan tanpa syarat kepada Ukraina. Dia berkomitmen untuk melakukan pemotongan biaya yang signifikan dan berupaya mendamaikan konflik antara Moskow dan Kiev.

Tindakan ini menimbulkan spekulasi mengenai masa depan hubungan Amerika Serikat dengan Ukraina, terutama dalam konteks dukungan internasional terhadap negara tersebut di tengah invasi Rusia yang berlangsung. Rusia telah menginvasi Ukraina sejak Februari 2022, dan Ukraina telah melakukan berbagai upaya untuk memperoleh dukungan militer dan ekonomi dari negara-negara barat untuk memperkuat defense-nya.

Tidak dapat dimungkiri, langkah ini membuka potensi pertanyaan mengenai kebijakan luar negeri AS dan komitmennya dalam menghadapi agresi Rusia. Selain itu, keputusan Rubio dapat berimbas pada sektor lain yang bergantung pada bantuan luar negeri AS, seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan di Ukraina, yang mencakup program vaksinasi anak dan perawatan ibu.

Sejumlah pihak khawatir tentang dampak pembekuan ini bagi Ukraina yang sudah mengalami krisis kemanusiaan yang mendalam. Mereka berpendapat bahwa bantuan vitals ini sangat penting untuk keberlangsungan layanan dasar bagi populasi yang terkena dampak perang.

Dengan AS menghentikan dukungan sementara ini, banyak yang bertanya-tanya mengenai efektivitas strategi baru yang dijanjikan Trump, yang tampaknya berfokus pada pemeriksaan efisiensi program dan konsistensi dengan kebijakan luar negeri AS. Semakin jelas bahwa dinamika politik dalam negeri AS berpotensi memengaruhi bantuan luar negeri yang selama ini dianggap krusial oleh banyak negara yang terlibat dalam perdebatan geopolitik global.

Langkah ini tentunya akan menjadi sorotan bagi pengamat internasional dan fasilitas diplomatik AS di luar negeri, terutama dalam konteks perpindahan kebijakan yang sering kali terpengaruh oleh perubahan kepemimpinan. Apakah bantuan untuk Ukraina akan kembali diluncurkan setelah peninjauan, ataukah ini akan menjadi titik awal bagi kebijakan luar negeri AS yang lebih skeptis terhadap bantuan luar negeri? Pertanyaan ini masih menggantung sembari banyak pihak menunggu kejelasan lebih lanjut dari pemerintahan baru.

Exit mobile version