GAZA, Podme – Dalam situasi konflik yang terus berlangsung, sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin Al Qassam, menegaskan komitmennya untuk memperlakukan sandera Israel secara manusiawi. Hal ini diungkapkan oleh anggota Dewan Militer Al Qassam, Izzuddin Al Haddad, dalam sebuah program di televisi Al Jazeera berjudul "The Flood". Menurutnya, perlakuan terhadap sandera sangat berbeda dari metode yang diterapkan Israel terhadap tahanan Palestina, yang banyak dikakuhi melalui penyiksaan, termasuk terhadap perempuan dan anak-anak.
Al Haddad menekankan bahwa semua sandera Israel ditempatkan di lokasi-lokasi tersembunyi dan dilindungi dengan sistematis dari serangan militer Israel. "Perintah kami adalah memperlakukan tahanan musuh secara manusiawi, mengikuti ajaran Islam. Kami melindungi nyawa mereka dan memastikan perlakuan yang tepat bagi mereka," ujarnya. Dalam konteks ini, ada penegasan bahwa keselamatan sandera menjadi prioritas, meskipun militer Israel terus melancarkan serangan yang bertujuan untuk membunuh mereka sejak awal konflik yang dimulai pada 7 Oktober 2023.
Berikut beberapa poin penting terkait perlakuan Hamas terhadap sandera Israel dan konteks yang menyertainya:
-
Perlakuan Manusiawi: Al Qassam melakukan upaya untuk menjaga agar sandera tidak terluka sebagai bagian dari prinsip-prinsip Islam. Ini kontras tajam dengan cara Israel yang cenderung memperlakukan tahanan Palestina dengan penuh kekerasan.
-
Keamanan Sandera: Al Haddad menyatakan bahwa sandera Israel disembunyikan di tempat-tempat yang telah direncanakan dengan baik untuk mengurangi risiko penemuan oleh musuh, termasuk dari pendeteksian menggunakan teknologi canggih.
-
Ancaman Serangan: Ada tudingan yang menyebutkan bahwa Israel berencana untuk membunuh sandera mereka sendiri. Haddad menegaskan, "Israel memutuskan untuk membunuh mereka sejak hari pertama operasi dan terus menargetkan mereka hingga hari ini."
-
Operasi Badai Al Aqsa: Dalam konteks pertempuran, Hamas mengklaim telah berhasil menangkap 251 orang dari Israel, termasuk tentara, dalam operasi yang diluncurkan pada 7 Oktober 2023. Ini menunjukkan tingkat keterlibatan Hamas dalam konflik dan strategi penangkapannya.
- Gencatan Senjata: Sejak gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025, Hamas melanjutkan upayanya untuk memperlakukan sandera dengan baik. Rencana pembebasan berlangsung dengan kehadiran Palang Merah Internasional, yang mengawasi proses tersebut.
Dalam dinamika ini, Hamas tidak hanya berfokus pada perlakuan sandera, tetapi juga memperhatikan dampak yang lebih luas dari konflik terhadap seluruh warga yang terlibat. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Hamas serta kebijakan responsif terhadap situasi ini menunjukkan bahwa meskipun berada dalam konflik bersenjata, ada usaha untuk tetap mematuhi beberapa nilai kemanusiaan dasar.
Sebagai bagian dari gencatan senjata, Hamas berkomitmen untuk membebaskan 33 sandera Israel, sementara Israel diharapkan membebaskan lebih dari 700 tahanan Palestina. Proses ini diharapkan dapat membantu meredakan ketegangan yang ada dan menciptakan momen dialog yang lebih konstruktif di antara kedua belah pihak. Dengan penekanan pada perlakuan manusiawi, baik terhadap sandera maupun tahanan, diharapkan akan ada kemajuan dalam menangani isu konflik yang kompleks ini dengan cara yang lebih beradab dan berbasis pada norma-norma internasional.