Harta Prajogo Pangestu Anjlok: Penyebab dan Kiprah Bisnisnya

Konglomerat Indonesia, Prajogo Pangestu, tengah menjadi perhatian publik setelah mengalami penurunan signifikan dalam harta kekayaannya. Berdasarkan data per 6 Februari 2025, kekayaan bersihnya tercatat sebesar USD35,5 miliar, yang menurun sebesar USD9 miliar atau sekitar 20,8 persen dari posisi sebelumnya. Penurunan ini menjadi sorotan utama pasca keputusan Morgan Stanley Capital International (MSCI) untuk tidak memasukkan tiga emiten miliknya dalam MSCI Investable Market pada review Februari 2025.

Keputusan MSCI ini berpotensi memberikan dampak besar terhadap kepercayaan pasar, terutama pada saham-saham Prajogo. Tiga emiten yang terpengaruh adalah Barito Renewables Energy (BREN), Petrindo Jaya Kreasi (PTRO), dan Barito Pacific (CUAN). Sejak pengumuman tersebut, banyak investor yang menurunkan ekspektasi mereka terhadap potensi pertumbuhan saham-saham Prajogo, yang pada gilirannya turut memengaruhi kapitalisasi pasar dan kekayaan bersihnya.

Prajogo Pangestu bukanlah sosok baru dalam dunia bisnis Indonesia. Ia lahir dari keluarga pedagang karet dan telah membangun kerajaan bisnisnya dari nol. Kariernya dimulai di industri perkayuan pada akhir 1970-an, yang kemudian membawanya mendirikan Barito Pacific Timber. Perusahaan ini melantai di bursa pada tahun 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengalihkan fokus bisnisnya dari kayu pada tahun 2007. Penyesuaian ini diikuti dengan akuisisi 70 persen saham perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang menjadikannya salah satu pemain utama di industri petrokimia Indonesia.

Berikut adalah beberapa langkah strategis yang diambil Prajogo Pangestu sepanjang kariernya:

  1. Diversifikasi Bisnis: Mengakuisisi Chandra Asri pada tahun 2007, memperkuat posisinya di industri petrokimia.
  2. Penggabungan Perusahaan: Pada 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia, semakin mengukuhkan dominasi di sektor petrokimia.
  3. Ekspansi Energi: Memfokuskan investasi di sektor energi, termasuk tambang batu bara dan energi terbarukan.

Ekspansi ke sektor energi terbarukan dan batu bara adalah langkah selanjutnya yang diambil oleh Prajogo. Pada tahun 2023, ia membawa perusahaan tambang batu baranya, Petrindo Jaya Kreasi, untuk melantai di bursa. Di sisi lain, anak usahanya di bidang energi terbarukan, Barito Renewables Energy, juga resmi menjadi perusahaan publik pada tahun yang sama. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen Prajogo untuk memperluas jangkauan bisnisnya, meskipun kondisi pasar tengah bergejolak.

Meskipun mengalami penurunan tajam dalam harta kekayaan, Prajogo Pangestu masih tetap dianggap sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Ia bahkan menduduki peringkat ke-50 dalam daftar The Real-Time Billionaires, sebuah indikator yang mencerminkan perubahan nilai kekayaannya secara langsung berdasarkan fluktuasi pasar.

Kekayaan yang dimiliki Prajogo Pangestu, meskipun terjun bebas dalam waktu singkat, menunjukkan ketahanan dan dinamika pasar yang selalu berubah. Dengan latar belakang yang kaya akan pengalaman bisnis, ia berpotensi untuk melakukan pemulihan dan adaptasi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di masa depan. Para investor dan pengamat industri kini menunggu langkah-langkah apa yang akan diambil Prajogo selanjutnya dalam menghadapi tekanan pasar yang semakin berat.

Exit mobile version