Seorang murid sekolah dasar di Daejeon, Korea Selatan, Kim Ha-neul, tewas dalam insiden mengerikan di mana ia ditikam oleh gurunya sendiri. Peristiwa tragis ini mengguncang masyarakat dan menyoroti masalah kesehatan mental di kalangan para pendidik. Insiden terjadi pada Senin, 10 Februari lalu, dan merenggut nyawa gadis muda tersebut di rumah sakit akibat pendarahan yang parah.
Menurut penyelidikan awal dari pihak kepolisian, guru berusia sekitar 40 tahun yang mengajar di sekolah tersebut mengalami depresi yang sudah berlangsung sejak 2018 dan sempat menjalani perawatan. Sebelum insiden, pelaku diketahui merencanakan untuk bunuh diri pada saat cuti sakitnya yang sudah berlangsung sejak awal Desember lalu. Namun, ia memutuskan untuk kembali lebih awal dan melakukan tindakan keji yang merenggut nyawa siswinya.
Kronologi insiden bermula ketika guru tersebut merasa frustrasi setelah diganggu oleh rekan kerjanya saat memasuki kelas. Dalam keadaan emosional tersebut, ia mengambil keputusan fatal untuk melanjutkan rencananya dan mencari seorang siswa untuk “mati bersamanya.” Tragisnya, guru itu memilih Kim Ha-neul, yang keluar terakhir dari kelas, sebagai targetnya. Dalam pengakuannya kepada polisi, pelaku menyatakan, “Saya memberi tahu anak terakhir yang keluar kelas, saya akan memberinya buku. Saya membawanya ke ruang audiovisual tempat saya mencekik dan menikamnya.”
Pihak kepolisian menambahkan bahwa guru tersebut bersikap agresif sebelum insiden ini terjadi. Beberapa hari sebelum penikaman, ia dilaporkan terlibat insiden pemukulan terhadap seorang guru lain hanya karena ditanya tentang kondisi emosionalnya. Ketegangan ini menunjukkan bahwa ada masalah yang lebih besar yang melibatkan kesehatan mental di lingkungan sekolah.
Setelah menikam Ha-neul, pelaku juga melakukan tindakan bunuh diri dengan menyakiti dirinya sendiri, dan kini sedang dalam perawatan di rumah sakit. Kasus ini memicu diskusi luas mengenai perlunya dukungan kesehatan mental yang lebih baik bagi para pendidik, serta menciptakan kesadaran akan masalah stres yang dihadapi oleh guru-guru di Korea Selatan.
Kepolisian Metropolitan Daejeon telah menerbitkan surat perintah penahanan untuk guru tersebut dan berencana melakukan serangkaian penyelidikan lebih lanjut. Mereka akan melakukan interogasi terhadap pelaku, serta menggeledah rumah dan kendaraan untuk mengumpulkan bukti, termasuk ponsel dan catatan medis. Selain itu, pihak kepolisian juga akan melakukan autopsi terhadap jenazah Kim Ha-neul untuk memastikan penyebab pasti kematiannya. Keluarga korban yang awalnya menolak autopsi, akhirnya setuju untuk melakukannya demi klarifikasi situasi.
Peristiwa ini tidak hanya menyoroti tindakan kekerasan di lingkungan sekolah, tetapi juga menggarisbawahi masalah kesehatan mental yang sering kali diabaikan di kalangan profesional pendidikan. Banyak yang berharap bahwa insiden tragis ini akan membuka dialog dan mendorong institusi pendidikan untuk menyediakan lebih banyak dukungan bagi para guru dan murid, guna menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan sehat.
Ketegangan emosional dan stres di lingkungan pendidikan memang bisa sangat mengganggu, dan sekaligus menjadi pengingat bagi semua pihak untuk lebih peka terhadap kondisi mental di kalangan pengajar. Kejadian ini perlu menjadi panggilan untuk aksi, baik dari pemerintah, lembaga pendidikan, maupun masyarakat dalam mendorong kesehatan mental yang lebih baik bagi semua.