Komdigi Atur Anak Bermain Medsos, Fokus pada Kesehatan Mental

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah mengadakan Forum Group Discussion (FGD) yang melibatkan perwakilan anak-anak dari berbagai tingkatan pendidikan untuk merumuskan kebijakan perlindungan anak di dunia digital. Acara ini berlangsung di Perpustakaan Komdigi, Jakarta Pusat pada 18 Februari, dan bertujuan untuk mendengarkan secara langsung pengalaman serta tantangan yang dihadapi anak-anak dalam menggunakan media sosial.

Staf Khusus Menteri Bidang Kemitraan Global dan Edukasi Digital, Raline Shah, menekankan pentingnya suara anak-anak dalam pembuatan regulasi yang bertujuan untuk melindungi mereka. “Anak-anak bukan sekadar pengguna, mereka adalah pemangku kepentingan utama. Jika kita ingin regulasi yang benar-benar melindungi, kita harus mendengar suara mereka,” ujarnya.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh 15 perwakilan anak dari berbagai jenjang pendidikan, termasuk SD, SMP, dan SMA. Dalam diskusi tersebut, anak-anak mengungkapkan beberapa tantangan yang mereka hadapi, antara lain:

1. Akses mudah terhadap konten negatif.
2. Tekanan sosial dari lingkungan digital.
3. Minimnya pendampingan dari orang tua dalam menciptakan kebiasaan digital yang sehat.

Raline mencatat bahwa banyak tantangan yang tidak disadari oleh orang dewasa. “Banyak yang tidak kita sadari sebagai orang dewasa. Anak-anak menghadapi tantangan yang tidak selalu kita pahami. Perspektif mereka inilah yang harus menjadi dasar dalam menyusun kebijakan,” tuturnya.

Isu lain yang menjadi fokus dalam FGD adalah dampak media sosial terhadap kesehatan mental anak. Penelitian menunjukkan bahwa media sosial dapat berkontribusi pada munculnya kecemasan dan penurunan kepercayaan diri pada anak-anak akibat paparan konten berbahaya. Raline menekankan bahwa regulasi yang disusun perlu diimbangi dengan edukasi kepada orang tua agar lebih efektif. “Kita bisa membuat aturan seketat apapun, tapi kalau di rumah anak-anak tidak mendapatkan contoh yang baik, semua akan percuma. Orang tua harus hadir, bukan hanya secara fisik, tetapi juga dalam dunia digital anak-anak mereka,” jelasnya.

Dalam rangka mendukung regulasi ini, Komdigi juga melibatkan tim dari Pusat Studi Kebijakan Publik (PSPK) untuk memperkuat hasil diskusi yang diperoleh dari anak-anak. Komdigi berharap hasil dari FGD ini dapat digunakan untuk menyempurnakan regulasi perlindungan anak di ruang digital, berfokus pada penciptaan ekosistem yang lebih aman dan ramah anak.

Berdasarkan temuan dari FGD, penting bagi orang tua dan pendidik untuk menyadari dampak penggunaan media sosial terhadap anak-anak. Ciri-ciri dampak negatif ini antara lain:

– Kecemasan dan stres akibat tuntutan dari media sosial.
– Penurunan rasa percaya diri akibat perbandingan sosial.
– Kesulitan dalam berinteraksi sosial di dunia nyata.

Dalam upaya untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih baik, Komdigi berencana untuk melakukan kampanye edukasi kepada orang tua dan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman tentang pentingnya peran orang tua dalam mengawasi dan memfasilitasi penggunaan media sosial oleh anak-anak.

Melalui diskusi ini, Komdigi tidak hanya berkomitmen untuk mengembangkan regulasi yang lebih baik, tetapi juga berupaya untuk menciptakan kesadaran di kalangan orang tua tentang pentingnya memberikan contoh perilaku digital yang baik kepada anak-anak mereka. Dalam dunia yang semakin terhubung, langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu anak-anak untuk menjelajahi ruang digital dengan lebih aman dan sehat.

Berita Terkait

Back to top button