Bogor, Podme.id – Presiden Prabowo Subianto merespons kritikan mengenai Kabinet Merah Putih yang dianggap terlalu gemuk. Dalam acara perayaan HUT ke-17 Partai Gerindra yang berlangsung di Sentul International Convention Center (SICC) pada Sabtu (15/2/2025), Prabowo menegaskan bahwa fokus utama bukan pada jumlah menteri, melainkan hasil yang diperoleh dari kebijakan yang dijalankan oleh kabinetnya.
Prabowo menjelaskan, “Ada orang-orang pintar bilang kabinet ini terlalu besar. Ndak peduli saya disebut apa, yang penting hasilnya.” Pernyataan ini menunjukkan sikap optimisnya terhadap efektivitas kebijakan pemerintahnya, meskipun mendapatkan sorotan mengenai komposisi jabatan di kabinet.
Kritik terhadap kabinet yang dianggap gemuk sering kali muncul dalam konteks efisiensi pemerintahan. Dengan semakin banyaknya menteri dan wakil menteri, terdapat kekhawatiran bahwa koordinasi kebijakan dapat menjadi lebih rumit dan berpotensi memperlambat pengambilan keputusan. Namun, Prabowo menilai bahwa dampak nyata bagi rakyat adalah yang paling penting.
Dalam pernyataannya, Prabowo membuat perbandingan dengan negara lain untuk menunjukkan bahwa ukuran kabinet tidak selalu berbanding lurus dengan jumlah penduduk. Ia mencontohkan Timor Leste, yang memiliki populasi di bawah 2 juta jiwa, tetapi memiliki 28 menteri, yang hampir setara dengan jumlah kabinet di suatu kabupaten di Indonesia. “Saudara-saudara sekalian, Timor Leste jumlah penduduknya enggak sampai 2 juta orang, kalah sama Kabupaten Bogor, tetapi kabinetnya 28 orang,” ujarnya.
Prabowo juga menarik perhatian pada Uni Eropa, yang terdiri dari 27 negara anggota masing-masing dengan kementerian dan pejabatnya sendiri. “Kita seluas Eropa. Eropa punya 27 negara, berarti ada 27 menteri keuangan, 27 menteri dalam negeri, dan 27 panglima,” tambahnya. Dengan perbandingan ini, ia ingin menunjukkan bahwa keberagaman dan kompleksitas dalam struktur pemerintahan dapat dianggap normal saat mengelola negara yang luas dan beragam seperti Indonesia.
Diskusi mengenai keefektifan suatu kabinet sering kali melibatkan beberapa faktor, termasuk:
- Jumlah menteri dan wakil menteri: Beberapa pihak berpendapat bahwa kabinet yang lebih kecil dapat berfungsi dengan lebih efisien.
- Koordinasi antar kementerian: Semakin banyak posisi, semakin kompleks pengelolaan kita terhadap kebijakan.
- Dampak kebijakan: Fokus pada hasil dan dampak nyata bagi masyarakat menjadi tolok ukur utama.
Kendati kritik terus mengalir, Prabowo berkomitmen untuk menggenjot hasil nyata dari kabinet yang ia pimpin. Ia menaruh harapan bahwa kebijakan-kebijakan yang diterapkan dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat dan negara. Dalam konteks ini, Prabowo sekali lagi menegaskan pentingnya hasil, "Yang terpenting adalah dampak nyata bagi rakyat dari Kabinet Merah Putih."
Sejak menjabat, Prabowo berusaha untuk menyeimbangkan antara jumlah menteri dan efektivitas pengelolaan pemerintah. Dengan latar belakang sebagai mantan jenderal dan pemimpin partai, ia telah berpengalaman dalam menavigasi politik yang rumit di Indonesia. Dalam pandangannya, kabinet yang lebih besar tidak berarti bahwa pemerintah tidak efisien, asalkan setiap kementerian dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan berkontribusi positif.
Dengan penekanan pada hasil dan efektivitas, Prabowo berharap untuk melawan persepsi negatif yang mungkin timbul dari struktur kabinetnya. Dalam menghadapi tantangan-tantangan pemerintahan, hasil dan dampak bagi masyarakat tetap menjadi prioritas utama bagi Presiden Prabowo Subianto dan Kabinet Merah Putih.