PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) menggelar diskusi menarik mengenai penanganan kanker di Indonesia dengan tajuk “Critical Role of Private Insurance in Personalized Cancer Care Coverage” pada Rabu (26/2/2025). Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 70 partisipan yang merupakan pelaku industri asuransi jiwa, serta mengajak partisipasi aktif pemangku kebijakan dan pihak lain yang terlibat dalam dunia kesehatan. Diskusi ini merupakan rangkaian acara dalam memperingati Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada 4 Februari.
Kepala Pusat Pembiayaan Kesehatan Kemenkes, Ahmad Irsan A. Moeis, yang mewakili Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, menekankan tema sentral diskusi seputas pentingnya peran asuransi dalam layanan kesehatan kanker. “Persoalan kanker tidak hanya mempengaruhi aspek medis, tetapi juga berdampak pada pendanaan dan pembiayaan,” ujar Moeis. Ia menyampaikan bahwa data dari Global Cancer Observatory (Globocan) menunjukkan lebih dari 408.661 kasus baru kanker dilaporkan di Indonesia pada tahun 2022, dengan 242.099 kematian akibat penyakit ini. Mengkhawatirkan, jika tanpa langkah intervensi yang efektif, diperkirakan jumlah kasus kanker akan meningkat 63% pada tahun 2040.
Situasi ini mengisyaratkan semakin pentingnya pembiayaan kesehatan yang memadai. Dilansir dari Kemenkes, setidaknya 6,3 juta orang berkunjung ke rumah sakit dengan diagnosis kanker, yang menghabiskan anggaran JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) sekitar Rp13 triliun. “Ini menunjukkan tantangan penanganan kanker yang tidak hanya bersifat medis, tetapi juga melibatkan masalah pembiayaan,” tambahnya.
Di antara para panelis diskusi, hadir berbagai ahli termasuk Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA), Abitani Barkah Taim, dan Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Hematologi Onkologi Medik di RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Andhika Rahman. Mereka bersama sejumlah perwakilan dari Cancer Information and Support Center Association (CISC) dan PT Merck Sharp & Dohme Indonesia (MSD) turut mendalami berbagai tantangan yang dihadapi dalam penanganan kanker.
Budi Gunadi Sadikin juga mencatat bahwa dua dari tiga penderita kanker terdiagnosis pada stadium berat, yang menyebabkan perlunya pengobatan lebih kompleks dan mahal. “Keterlambatan diagnosis dan kurangnya jaminan kesehatan menjadi kendala utama dalam meningkatkan kualitas hidup pasien kanker,” tegasnya.
Pertemuan ini juga disambut positif oleh Presiden Direktur Tugure, Teguh Budiman, yang menggarisbawahi komitmen perusahaan dalam meningkatkan literasi dan kontribusi terhadap industri asuransi. “Setiap individu yang berjuang melawan kanker memiliki kebutuhan penanganan yang berbeda, dan keterbatasan jaminan kesehatan sering kali menghambat akses mereka,” ungkapnya. Ia menegaskan pentingnya peran asuransi kesehatan swasta untuk memperluas akses terhadap terapi kanker yang lebih efektif.
Dalam pernyataannya, Teguh berharap diskusi ini dapat menghasilkan beragam solusi dari berbagai perspektif. Selain itu, Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou, menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemangku kepentingan. Ia percaya bahwa setiap orang berhak mendapatkan akses terhadap pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan kanker. Sinergi antar regulator, tenaga medis, dan industri, diyakininya akan membantu menemukan solusi inovatif untuk tantangan penanganan kanker.
Ketua Tugure Academy, Eko Susanto, menambahkan bahwa kegiatan ini menegaskan komitmen Tugure dalam menyediakan layanan reasuransi kepada mitra usaha. Tugure Academy akan terus berupaya menyelenggarakan program pengembangan kompetensi bagi pelaku industri asuransi, sehingga mampu menghadapi tantangan yang ada.
Diskusi ini menjadi momentum penting untuk menemukan solusi pembiayaan yang berkelanjutan dan efektif dalam menyikapi permasalahan kanker yang semakin meningkat. Dengan berbagai pandangan dari pemangku kepentingan, diharapkan langkah-langkah strategis ke depan dapat diambil untuk meningkatkan penanganan dan kualitas hidup para penderita kanker di Indonesia.