Setiap lagu di Album Badai Pasti Berlalu memiliki kekuatan tersendiri. Total, ada 13 lagu yang tercipta. Diantaranya, "Angin Malam", Khayalku", “Cintaku", “Badai Pasti Berlalu", “Semusim", “Pelangi", hingga “Merepih Alam".
Namun proses pembuatan lagu tersebut bukan tanpa kendala. Dari berbagai kesulitan tersebut lahirlah album yang disebut-sebut sebagai tonggak musik pop Tanah Air.
Dalam wawancara eksklusif ini, untuk pertama kalinya kepada media Emil Hussein menyatakan keluar dari band Naif. Emil juga mengatakan bukan hanya dirinya yang hengkang, keputusan keluar dari Naif juga diambil drummer Pepeng.
Wawancara ini juga membahas retrospeksi Emil bersama Naif. Persahabatan yang terjalin lebih dari dua dekade, kisah-kisah di belakang panggung, dan fakta menarik di balik lagu-lagu ciptaan Emil, antara lain "Air dan Api", "Nyali", dan "Karena Kamu Cuma Satu".
Aunur Rofiq Lil Firdaus alias Opick sejatinya seorang rocker. Bertahun-tahun Opick mencoba peruntungan di industri rock, namun selalu saja gagal. Dalam wawancara ini Opick menceritakan bagaimana ngotot-nya dia menjadi musisi rock, sampai-sampai produser rock ternama Log Zhelebour bosan menerima demo lagu yang dia kirim. Takdir berkata lain, Opick justru besar lewat jenis musik yang tak pernah disangkanya; pop-religi.
Opick besar lewat lagu "Tombo Ati". Sebuah lagu religi yang mungkin paling populer dalam dua dekade terakhir. Opick menggubah lagu yang disebut-sebut sudah ada sejak zaman Wali itu dan menjadikannya anthem Ramadan, sejak dirilis pertama kali pada 2004.
Opick adalah salah satu musisi pop-religi terbesar hari ini. Opick berhasil menghadirkan musik religi Islam yang modern dan tak terpaku pada unsur-unsur aransemen ala Timur Tengah. Dalam beberapa lagu, Opick bahkan mampu menghadirkan lirik spiritual yang dapat dimaknai secara luas, lepas dari sekat keagamaan.
Dalam wawancara ini Opick membagikan banyak hal, dari cerita Pay Burman yang kerap menolongnya saat susah, masa terberat hidupnya, pandangannya soal musik haram, sampai telinganya yang tak bisa lepas dari Rage Against the Machine.
Bicara perjalanan musik religi Islam di Indonesia, tentu tak lepas dari Nasida Ria. Sejak 1975 sampai hari ini, konsistensi grup kasidah yang dibentuk di Semarang ini tetap terjaga. Selama 45 tahun, lebih dari 350 lagu berhasil mereka rekam dan 36 album telah dirilis. Sebagai grup kasidah, Nasida Ria punya karakter tak ada duanya. Karya-karya mereka memiliki spektrum yang luas, dari bicara bom nuklir, konflik palestina, media massa, sampai khitanan. Pendekatan artistik Nasida Ria dalam urusan lirik juga menarik dibahas. Beberapa waktu lalu, salah satu lagu Nasida Ria viral lantaran menggunakan kata "kampret" dalam lirik. Nasida Ria dalam bingkai luas adalah wujud kepedulian kaum ibu pada moralitas, akhlak, dan nilai-nilai agama. Dalam sorot yang lebih dekat, grup ini berhasil memperlihatkan bahwa musik religi bisa begitu luwes dalam menembus isu-isu sosial dan hadir dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami semua kalangan.
Sejak sembilan tahun silam, 9 Maret dirayakan sebagai Hari Musik Nasional. Pada Hari Musik Nasional tahun ini, Shindu's Scoop merilis wawancara dengan Profesor Tjut Nyak Deviana, seorang pedagog yang pernah menjadi rektor perguruan tinggi musik di Jerman, dan turut menyusun kurikulum pendidikan tinggi musik di Jerman dan Swiss.
Kami mengarsipkan perspektif Prof. Deviana dalam membaca musik di Indonesia hari ini. Selama lebih dari satu jam, kami membahas persoalan plagiarisme yang mendarah daging, pendidikan yang semrawut, sampai korelasi musik dengan astrologi.
Apa yang disampaikan Prof. Deviana patut dimaknai sebagai autokritik, melihat balok besar di pelupuk mata kita, yang mungkin seringkali kita abaikan dan semakin lama kita anggap sebagai sesuatu yang wajar meski kita tahu itu salah.
Artikel album terbaik selalu menarik dibahas tiap tahun. Menimbulkan pro dan kontra, sekaligus polemik di kalangan penggemar musik. Di Indonesia sendiri, beberapa media cukup rutin merilis daftar album terbaik pada akhir tahun. Sebagai bentuk kanonisasi, apresiasi, sekaligus penanda zaman. Publikasi media tentang album terbaik tak jarang mengundang tanya, tentang apa saja parameter yang digunakan tiap redaksi, proses kurasi, dan lain sebagainya. Untuk itu, Shindu's Scoop menghadirkan enam jurnalis, yang mayoritas dari mereka terlibat dalam proses penentuan album terbaik pada medianya masing-masing. Mereka adalah jurnalis dari Detikcom, portal CNN Indonesia, harian Kompas, Agordiclub, kontributor Vice Indonesia, dan Pop Hari Ini. Para jurnalis ini menceritakan proses kurasi, hingga alasan mereka memilih album apa saja yang menurut media mereka layak dilabeli "terbaik".
David Bayu, vokalis Naif, menyempatkan waktu untuk berbincang dengan kami. Menjelaskan kabar terbaru dari Naif, membahas tentang rencananya melanjutkan karier solo, mengenang hal-hal konyol yang selalu mengundang tawa, dan cerita di balik lagu-lagu Naif.
Belakangan, Naif kembali jadi perbincangan. Band berusia seperempat abad ini mendadak tak aktif lagi di media sosial, tanpa rilisan baru sejak terakhir kali merilis album "7 Bidadari" pada 2017, dan tak menggelar penampilan apapun - terutama panggung virtual. Beragam tanya muncul di kepala, apa yang sebenarnya terjadi pada band terhormat ini?
David Bayu, vokalis Naif, menyempatkan waktu untuk berbincang dengan kami. Menjelaskan kabar terbaru dari Naif, membahas tentang rencananya melanjutkan karier solo, mengenang hal-hal konyol yang selalu mengundang tawa, dan cerita di balik lagu-lagu Naif.
Tidak banyak musisi yang dikenang sebagai legenda, dan bahkan meninggalkan warisan karya yang terus dirayakan dan menjadi bagian penting dalam sejarah musik Indonesia.
KLa Project adalah sedikit dari grup musik yang mampu merasakan bagaimana karyanya abadi, dan bahkan salah satu lagunya, "Yogyakarta", menjadi lagu bertema kota paling monumental yang pernah ditulis musisi Indonesia.
Meski tanpa kehadiran Katon, gitaris Lilo dan keyboardist Adi penuh antusias menceritakan secuplik karya besar dan perjalanan mereka.
Bagaimana lagu Yogyakarta, Tak Bisa Pindah ke Lain Hati, atau Gerimis tercipta? Dan bagaimana KLa Project selama lebih dari tiga dekade bertahan, meski sempat mengalami perpecahan?
Saksikan pula penampilan @kla_project di @metrotv dalam program Konser Back to The 90's, yang akan tayang pada Jumat, 26 Februari 2021, pukul 20.05 WIB.
Setiap lagu di Album Badai Pasti Berlalu memiliki kekuatan tersendiri. Total, ada 13 lagu yang tercipta. Diantaranya, "Angin Malam", Khayalku", “Cintaku", “Badai Pasti Berlalu", “Semusim", “Pelangi", hingga “Merepih Alam".
Namun proses pembuatan lagu tersebut bukan tanpa kendala. Dari berbagai kesulitan tersebut lahirlah album yang disebut-sebut sebagai tonggak musik pop Tanah Air.
Album "Badai Pasti Berlalu" yang dirilis pada 1977 dianggap banyak kritikus dan media sebagai album Indonesia terbaik sepanjang masa. Seperti karya-karya besar lain, album "Badai Pasti Berlalu" menyimpan sejumlah kisah dramatis. Termasuk perselisihan yang terjadi antara para kreator album ini.
Dalam episoden Shindu's Scoop kali ini, Eros Djarot menceritakan secara lugas bagaimana proses lahirnya Album Badai Pasti Berlalu