
Kisah haru yang dialami Ole Romeny, pemain anyar klub Oxford United, menggugah banyak hati setelah ia menyaksikan momen yang sangat menggambarkan nilai toleransi di Indonesia. Kejadian ini terjadi saat Romeny berkunjung ke Jakarta untuk menyaksikan pertandingan Timnas Indonesia dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia di Stadion Gelora Bung Karno (SUGBK). Tidak hanya itu, Romeny juga meluangkan waktu untuk bermain sepak bola bersama anak-anak di kompleks perumahan setempat.
Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube Star Football & Video short YouTube, Romeny berbagi pengalamannya yang sangat mengesankan. Ia bercerita tentang bagaimana permainan yang berlangsung di lapangan tiba-tiba terhenti saat azan berkumandang. Suara merdu yang mengajak umat Muslim untuk menjalankan ibadah salat mengubah suasana di lapangan menjadi penuh makna.
Salah satu dari banyak hal menarik yang diungkapkan Romeny adalah reaksi anak-anak yang bermain bersamanya. Saat azan berhenti, semua anak-anak Muslim langsung beranjak untuk melaksanakan salat ashar di masjid terdekat. Romeny mengungkapkan rasa kagumnya, “Sangat menakjubkan. Saat tempat ibadah berbunyi (suara azan), semua anak-anak yang bermain pergi ke sana (solat),” ucapnya dengan penuh rasa hormat terhadap sikap disiplin dan penghayatan nilai-nilai agama di kalangan anak-anak tersebut.
Momen ini juga menunjukkan betapa kuatnya rasa toleransi di Indonesia. Meski anak-anak yang berhenti untuk salat berasal dari latar belakang agama yang berbeda, dua anak lainnya, Mikael dan Badon, memilih untuk tetap bersama Romeny. Mereka berdua tidak ikut pergi ke masjid karena menganut agama Kristen. Saat ditanya mengapa mereka tidak bergabung, mereka menjawab dengan jujur bahwa mereka berada di luar keyakinan agama Islam. Romeny, yang baru saja mendapatkan status WNI pada 8 Februari 2025, merasa sangat terharu melihat kedamaian di antara perbedaan tersebut.
“Tersisa hanya saya dan dua orang anak bernama Mikael dan Badon. Aku tanya kenapa tidak ikut yang lain? Mereka menjawab, mereka beragama Kristen. Aku kagum dengan toleransi di sini sangat kuat,” tuturnya menjelaskan.
Di Indonesia, nilai-nilai toleransi dan saling menghormati antarumat beragama menjadi dasar kehidupan masyarakat. Kisah Ole Romeny ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita hidup dalam perbedaan, namun semangat untuk saling menghargai satu sama lain sangat diperlukan. Keberadaan anak-anak yang tetap bermain sambil menunggu teman-teman mereka melaksanakan ibadah menunjukkan pentingnya teman dan solidaritas di antara mereka.
Penting untuk dicatat bahwa momen indah tersebut terjadi dalam konteks masyarakat yang rukun, di mana keberagaman agama dan latar belakang budaya dapat berjalan berdampingan. Kisah ini tidak hanya menjadi inspirasi bagi Romeny, tetapi juga bagi siapa saja yang menyaksikan perilaku anak-anak ini.
Secara keseluruhan, pengalaman Romeny di Indonesia bukan hanya tentang sepak bola, tetapi juga tentang nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan rasa saling menghargai. Di tengah kesibukan dan tekanan zaman modern, kisah-kisah haru seperti ini menjadi pengingat akan kekuatan semangat persatuan dalam perbedaan. Romeny berharap bahwa contoh positif seperti ini dapat terus diteladani oleh generasi mendatang, sehingga toleransi dan kerukunan antarumat beragama dapat terus terpelihara di Indonesia.