Kekayaan Prajogo Pangestu mengalami penurunan signifikan akibat gejolak pasar yang melanda bursa saham Indonesia. Pada perdagangan Selasa, 18 Maret 2025, indeks harga saham gabungan (IHSG) menunjukkan penurunan drastis yang berdampak langsung pada kekayaan banyak konglomerat, termasuk Prajogo yang dikenal sebagai taipan di industri petrokimia dan energi. Dalam waktu singkat, perubahan ini memaksa Prajogo tergusur dari posisi puncak orang terkaya di Indonesia.
Melalui pemantauan data dari Forbes, yang diperoleh oleh Podme.id pada Rabu, 19 Maret 2025, tercatat bahwa kekayaan Prajogo Pangestu berkurang sekitar 7,02 persen, setara dengan US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 19,8 triliun, akibat penurunan tajam pada saham-saham yang dimiliki. Saat ini, total kekayaannya mencapai US$ 16,5 miliar atau Rp 272,6 triliun, menempatkannya di urutan keempat sebagai orang terkaya di Indonesia dan peringkat 126 di dunia.
Saham yang berkontribusi pada penurunan tersebut di antaranya adalah PT Barito Renewables Energy yang tercatat turun sebanyak 11,79 persen, serta penurunan signifikan pada PT Chandra Asri Pacific Tbk yang mencapai 18,42 persen. Dengan kondisi demikian, Prajogo harus rela melihat tahtanya di puncak kekayaan di tanah air diambil alih oleh Low Tuck Kwong yang kini menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia.
Berikut ini adalah daftar terbaru orang terkaya di Indonesia setelah pergeseran posisi yang terjadi:
- Low Tuck Kwong: Pendiri PT Bayan Resources Tbk, kekayaan bersihnya mencapai US$ 27,5 miliar atau Rp 454,4 triliun, menjadikannya orang paling kaya di Indonesia.
- Rudi Hartono: Dengan kekayaan mencapai US$ 21,1 miliar atau Rp 348,6 triliun, ia menempati urutan kedua.
- Michael Hartono: Memiliki kekayaan bersih mencapai US$ 20,3 miliar atau Rp 335,4 triliun, okupasi Hartono bersaudara di posisi tinggi ini diperoleh melalui pengendalian saham PT Bank Central Asia dan bisnis rokok, Djarum Grup.
- Prajogo Pangestu: Setelah penurunan aset yang signifikan, ia sekarang memiliki kekayaan sebesar US$ 16,5 miliar.
Posisi Low Tuck Kwong sebagai pemilik Bayan Resources menjadi semakin stabil, terutama dengan keberhasilan perusahaan energi terbarukan, Metis Energy, di Singapura, serta kepemilikan saham di beberapa perusahaan lain seperti The Farrer Park Company dan Samindo Resources. Ini telah memperkuat posisi finansialnya di tengah ketidakpastian pasar.
Pergeseran posisi di antara para konglomerat ini menunjukkan betapa rawannya pasar saham terhadap kekayaan individu, terutama di kalangan taipan yang sangat bergantung pada penilaian nilai saham perusahaan mereka. Penurunan IHSG beberapa waktu belakangan ini tidak hanya berdampak pada investor ritel, tetapi juga pada para elite bisnis yang saat ini harus menghadapi kenyataan kekayaan mereka tergerus oleh fluktuasi pasar.
Anjloknya harga saham dan kerugian dalam bentuk aset yang signifikan ini menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh para konglomerat di Indonesia. Masa depan kekayaan mereka kini tergantung pada kinerja pasar yang masih sangat fluktuatif, seiring dengan potensi perbaikan yang mungkin terjadi di sektor-sektor yang mereka geluti. Dengan ini, pertarungan untuk menduduki posisi teratas sebagai orang terkaya di Indonesia akan terus berjalan, seiring dengan dinamika yang ada di industri dan pasar saham.