Bisnis

Transisi Energi: Mengapa EBT Tak Cukup Tanpa Mesin Fleksibel?

Mesin dan teknologi yang mendukung transisi energi ke energi baru dan terbarukan (EBT) sangat penting dan beragam. Dalam konteks ini, pernyataan Anders Lindberg, Presiden Wartsila Energy, menunjukkan bahwa kita tidak bisa hanya mengandalkan EBT semata. Dia menekankan bahwa untuk mendukung penggunaan energi angin dan surya pada saat produksi rendah, dibutuhkan mesin yang fleksibel dan efisien.

“Transisi energi tidak bisa hanya mengandalkan energi terbarukan semata. Kita memerlukan mesin yang fleksibel dan sangat efisien,” ungkap Lindberg dalam pernyataannya baru-baru ini. Hal ini menjadi sorotan di tengah upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke solusi berkelanjutan.

Wartsila, perusahaan energi asal Finlandia, telah mengembangkan mesin baru andalan mereka, Wartsila 46TS, yang dirancang untuk membantu mencapai keseimbangan antara pasokan energi baru dan terbarukan serta menyediakan daya baseload yang efisien. Mesin ini diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan efisiensi sistem pembangkit listrik, sekaligus mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi gas rumah kaca.

Data menunjukkan bahwa mesin large-bore Wartsila 46TS memiliki efisiensi lebih dari 51%, yang menjadikannya solusi ideal untuk transisi energi. Mesin ini juga merupakan pengembangan dari teknologi generasi sebelumnya, termasuk platform mesin Wartsila 50, yang telah terbukti digunakan secara global selama lebih dari 55 juta jam sejak diperkenalkan.

Dalam konteks ini, Direktur Penjualan Wartsila Energy Indonesia, Febron Siregar, menjelaskan langkah-langkah yang diambil perusahaannya untuk mendukung kehadiran mesin ini. "Kami menyediakan layanan berkualitas tinggi yang dirancang khusus untuk meningkatkan keandalan dan profitabilitas," ujarnya. Dia menambahkan bahwa dengan layanan Lifecycle Wartsila yang telah dioptimalkan dan dukungan jaringan teknis yang luas, perusahaan menjamin kinerja optimal bagi pembangkit listrik untuk tetap kompetitif di pasar.

Transisi energi yang efisien tidak hanya bergantung pada teknologi EBT seperti energi matahari dan angin. Beberapa elemen penting lainnya meliputi:

  1. Infrastruktur yang Memadai: Sistem distribusi dan transmisi energi harus diperkuat agar dapat mendistribusikan energi baru dan terbarukan secara efisien.

  2. Regulasi yang Mendukung: Kebijakan pemerintah yang mendukung investasi dalam teknologi EBT dan insentif untuk penggunaan mesin efisien akan mempercepat transisi energi.

  3. Inovasi Teknologi: Pengembangan teknologi baru yang dapat menyimpan energi dan meningkatkan efisiensi pembangkit sangat diperlukan.

  4. Kesadaran dan Pendidikan: Edukasi masyarakat mengenai pentingnya transisi energi dan penggunaan mesin yang efisien akan berkontribusi pada adopsi yang lebih luas.

  5. Kolaborasi antar sektor: Kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk mendorong investasi dan kestabilan pasokan energi ramah lingkungan.

Dalam menghadapi tantangan dan peluang transisi energi ini, Wartsila dengan mesin W46TS-nya menunjukkan bahwa inovasi teknologi dapat menjadi jembatan untuk beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dengan efisiensi yang tinggi dan rendahnya emisi, mesin ini tidak hanya mendukung pemanfaatan EBT tetapi juga menyediakan solusi keselarasan dalam sistem energi yang semakin kompleks.

Visi ke depan bagi perusahaan dan sektor energi global harus bersifat komprehensif. Agar dapat mencapai ambisi besar dalam transisi energi, solusi yang diambil tidak boleh semata-mata berfokus pada EBT tetapi mencakup semua aspek, termasuk keberadaan mesin yang fleksibel dan efisien. Semakin banyak inovasi di bidang teknologi energi, semakin cerah masa depan kita dalam mencapai ketahanan energi serta mengurangi dampak lingkungan dari sektor energi.

Rina Lestari adalah seorang penulis di situs Media Massa Podme. Podme.id adalah portal berita informasi dan aplikasi podcast gaya hidup dan hiburan terdepan di Indonesia.

Berita Terkait

Back to top button