
PT Bank Tabungan Negara (BTN) mengumumkan inisiatif inovatif untuk menerapkan desain berbasis kearifan lokal pada pembangunan rumah bersubsidi. Langkah ini diambil guna menguatkan identitas budaya dalam hunian sesuai dengan gagasan jajaran Satgas Perumahan. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama BTN, Nixon LP Napiputulu, dalam sebuah acara yang berlangsung pada Sabtu (15/2).
Dalam kesempatan tersebut, Nixon menyampaikan keprihatinannya terhadap banyaknya rumah di Indonesia yang mengadopsi desain barat, tanpa mempertimbangkan kekayaan budaya yang ada. “Saya merasa ditegur ketika melihat desain rumah yang kurang mengadaptasi kearifan lokal. Padahal, budaya kita sangat kaya. Namun, banyak rumah, baik yang sederhana maupun mewah, justru mengadopsi desain ala Barat,” ujarnya.
Sebagai langkah awal, BTN berencana menggelar kompetisi desain perumahan yang berfokus pada aspek budaya lokal. Hasil dari kompetisi ini diharapkan dapat diadopsi oleh pengembang untuk menciptakan lebih banyak hunian yang mencerminkan ciri khas setiap daerah. Menurut Nixon, keanekaragaman arsitektur Indonesia, seperti rumah adat Minangkabau, Lampung, dan Papua, bisa menjadi inspirasi bagi perumahan modern.
BTN juga tidak hanya berfokus pada aspek desain, tetapi juga berkomitmen untuk berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan dalam industri perumahan. Ini mencakup produsen desain, pemasok material, dan kontraktor. Tujuan besar dari kolaborasi ini adalah untuk menciptakan hunian yang ramah lingkungan dan berkonsep go green, sehingga menciptakan iklim yang sehat dan berkelanjutan.
Dukungan terhadap program perumahan ini juga terlihat dari penghargaan yang diberikan BTN kepada mitra dan asosiasi seperti REI, Apersi, Himperra, dan Arebi yang telah berkontribusi dalam sektor properti. “BTN memberikan penghargaan kepada mitra yang telah lama berkontribusi dalam industri perumahan,” jelas Nixon.
Salah satu poin penting dalam inisiatif ini adalah bahwa desain berbasis kearifan lokal tidak harus mahal. BTN menegaskan bahwa pengembangan desain tersebut akan tetap disesuaikan dengan harga subsidi yang ditetapkan pemerintah, sehingga tidak ada lonjakan harga yang berdampak pada masyarakat. “Karya yang terpilih dalam kompetisi ini akan dipilih berdasarkan efektivitas biaya,” tambahnya.
BTN juga merencanakan kegiatan business matching yang akan mempertemukan pengembang dengan investor. Hal ini bertujuan untuk menciptakan peluang bagi anak-anak muda yang tertarik untuk terjun ke industri perumahan sebagai pengusaha material atau penerus pengembang.
Dalam konteks program pembangunan 3 juta rumah, Anggota Satgas Perumahan, Bonny Z. Minang, menekankan pentingnya dukungan negara terhadap pengembang, terutama yang berskala kecil. “Kami tidak ingin kekurangan dijadikan alasan untuk menghakimi, tetapi justru menjadi peluang untuk perbaikan dan inovasi,” pungkasnya.
Melihat ke depan, BTN juga merencanakan sejumlah inovasi dalam sektor perumahan, termasuk pemanfaatan limbah sebagai material konstruksi. Dengan upaya ini, BTN berharap dapat mendukung pembangunan hunian yang terjangkau dan berkelanjutan di berbagai daerah di Indonesia. Dengan kata lain, transformasi desain hunian berbasis kearifan lokal ini bukan hanya sekadar tentang estetika, tetapi juga menawarkan solusi yang lebih baik untuk tantangan perumahan yang ada saat ini.