![Polisi Bongkar Praktik Peternakan Manusia, Ratusan Wanita Disekap!](https://podme.id/wp-content/uploads/2025/02/Polisi-Bongkar-Praktik-Peternakan-Manusia-Ratusan-Wanita-Disekap.jpeg)
Praktik perdagangan manusia yang sangat mengerikan berhasil dibongkar di Georgia, Eropa Timur, di mana ratusan wanita menjadi korban. Para wanita ini ditangkap dan disekap dalam kondisi yang tidak manusiawi, diambil sel telurnya secara paksa, lalu dijual di pasar gelap. Pengungkapan ini dimulai ketika tiga wanita asal Thailand berhasil melarikan diri dari tempat penyekapan pada 30 Januari 2025, setelah enam bulan berada dalam belenggu penahanan.
Menurut laporan yang disampaikan oleh Bangkok Post, ketiga wanita yang melarikan diri itu kemudian diselamatkan oleh Yayasan Pavena, sebuah organisasi yang fokus pada perlindungan wanita dan anak-anak. Yayasan ini meneruskan informasi kepada Interpol dan pihak berwenang di Thailand untuk membantu membongkar praktik kelam tersebut. Dalam konferensi pers yang diadakan Yayasan Pavena, para korban menjelaskan kronologi serta kekejaman yang mereka alami selama ditahan.
Awalnya, para korban dijanjikan tawaran kerja yang menggiurkan sebagai “ibu pengganti” melalui platform media sosial, dengan iming-iming upah mencapai 600.000 baht atau sekitar Rp288 juta. Namun, setelah tiba di lokasi, mereka dipaksa untuk tinggal di sebuah rumah yang dihuni oleh antara 60 hingga 70 wanita lainnya. Tidak ada kontrak yang sah dan prosedur medis yang dijalani tidak pernah disetujui oleh mereka.
Dalam konferensi pers tersebut, salah seorang korban menceritakan, “Mereka membawa kami ke sebuah rumah dan menyekap kami bersama dengan wanita-wanita lain. Kami disuntik dengan hormon tanpa persetujuan, dibius, dan sel telur kami diambil setiap bulan menggunakan mesin.” Hal ini menimbulkan keprihatinan yang mendalam mengenai eksploitasi dan pelanggaran hak asasi manusia.
Proses pengambilan sel telur yang dialami oleh para wanita ini sangat mengenaskan. Mereka dibebani prosedur medis yang berisiko tanpa ada inforemasi atau izin yang jelas. Setelah disuntik hormon untuk merangsang produksi sel telur, para wanita tersebut kemudian dibius. Sel telur yang diambil diduga akan diperdagangkan untuk program fertilisasi in-vitro (IVF) di luar negeri, suatu bentuk komodifikasi terhadap tubuh wanita yang sangat mengkhawatirkan.
Dari informasi yang diperoleh, banyak dari mereka yang ditahan tidak menerima pembayaran atas “pekerjaan” yang mereka lakukan. Bahkan untuk melarikan diri, mereka diharuskan membayar sejumlah uang sebagai “suap”. Sebuah praktik yang menjadikan korban semakin terjebak dalam lingkaran kejahatan ini.
Keberhasilan pembongkaran ini tidak lepas dari kerja keras Yayasan Pavena dan dukungan dari pihak berwenang. Setelah informasi tentang praktik ini menyebar, berbagai upaya dilakukan untuk mencari dan menyelamatkan wanita-wanita yang masih dalam situasi berbahaya. Penyitaan terhadap lokasi-lokasi penyekapan dan penangkapan para pelaku harus segera dilakukan untuk menghentikan praktik keji ini.
Praktik perdagangan manusia yang berkedok sebagai tawaran pekerjaan ini menunjukkan betapa rentan dan mudahnya individu, terutama wanita, tertipu dengan iming-iming keuntungan finansial. Kasus ini membawa pada kesadaran global akan pentingnya perlindungan terhadap hak asasi manusia dan perlunya kebijakan serta tindakan tegas untuk mencegah perdagangan manusia di berbagai sektor.
Setiap informasi mengenai praktik-praktik ilegal yang merugikan manusia harus segera diinvestigasi dan ditindaklanjuti. Komunitas internasional, termasuk lembaga swadaya masyarakat, pemerintah, dan masyarakat umum, perlu bersatu dalam memerangi kejahatan transnasional dan memastikan bahwa para pelaku mendapatkan hukuman yang berat. Keberanian para korban untuk melarikan diri harus diimbangi dengan kepedulian kita untuk memastikan bahwa tidak ada lagi korban serupa di masa depan.